Selasa, 18 Maret 2014

SELAMAT TINGGAL BANDAR LAMPUNG

Malam ini, malam terakhir aku di sini.
Bersama motor bututku yang setia menemani.

Tak bisa lagi kutonton televisi.
Kardus-kardus telah menumpuk dan terisi.

Tinggal menunggu waktu subuh datang.
Untuk mengucapkan seuntai kata lantang.

Selamat tinggal Bandar Lampung.
Ikhlaskan aku pulang kampung.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 17 Maret 2014  23:31.

Sabtu, 15 Maret 2014

JADILAH SURI TAULADAN!

Para remaja mulai galakkan kriminal.
Wujudkan aksi-aksi yang semakin binal.
Meramu perilaku yang mulai sinting.
Saat ada kesempatan maupun waktu genting.

Para remaja mulai bersengketa.
Demi mempertahankan keegoisan cinta.
Masa depan pun dipertaruhkan.
Buah dari rentetan pengeroyokan.

Para remaja masa kini.
Sangat nekat dan terlalu berani.
Di waktu malam, siang, ataupun senja.
Melakukan kesalahan fatal dengan sengaja.

Kapan lagi bisa berguna bagi bangsa.
Jika waktu selalu dihabiskan tanpa sisa.
Cobalah berakhlak mulia dan jadilah suri tauladan.
Pastilah akan ada balasan yang sepadan.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 15 Maret 2014.

Jumat, 14 Maret 2014

PELAJAR JAMAN SEKARANG

Kebiasaan pelajar jaman sekarang.
Lebih suka belajar perang.
Tiap hari keluyuran.
Habiskan waktu untuk tawuran.

Banyak pelajar yang cidera.
Bahkan ada juga yang disandera.
Oleh kelompok musuh bebuyutan.
Pelajar ingusan yang sok jadi anak hutan.

Kapan lagi bisa berprestasi.
Jika bisanya hanya mengkonsumsi ekstasi.
Ayo, cepatlah berubah.
Jangan jadi pelajar bedebah.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 08 Maret 2014.

ADA APA GERANGAN?

Tubuhku kembali bergetar.
Seperti senar-senar gitar.

Darah seakan-akan berhenti.
Dan jantung seolah-olah mati.

Ada apa gerangan?
Sebuah pertanyaan mengagetkan.

Dengan lemah lunglai.
Aku tergeletak di lantai.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 02 Maret 2014.

Sabtu, 08 Maret 2014

UNTUKMU MALAIKAT KEGELAPAN

Dalam satu jenis rupa.
Sebagai sosok Elank Tak Bersayap.
Mulai tergores oleh satu sapa.
Sindiran sadis yang perlahan merayap.

Kubungkus saja dengan kain kafan.
Lalu aku kubur hidup-hidup.
Untukmu wahai malaikat kegelapan.
Yang hanya bisa bernyali redup.

Bajingan, kau hanya pecundang.
Yang tak bisa apa-apa.
Akan kuhunus sebilah pedang.
Jika tetap tak kau jaga setiap sapa.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 07 Maret 2014.

GAMBAR KEHIDUPAN MUDA-MUDI

Ada yang merasa hebat.
Setelah mampu menaklukkan maksiat.
Ada juga yang mengaku salah.
Setelah kesuciannya musnah.

Ada yang mencoba menangis.
Setelah tau dijerat iblis.
Bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Setelah tak suci lagi.

Seperti inilah gambaran yang terjadi.
Kehidupan para muda-mudi.
Jika ingin merasa aman.
Luruskan langkah, kuatkan iman!


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 06 Maret 2014.

ARMADA CINTA DI GURUN ASMARA (JILID III)

Saat hati diselimuti duka.
Armada cinta kembali hadir.
Mengobati setiap luka.
Dari semua terkaman takdir.

Begitu juga gurun asmara.
Kini mulai perbaiki perangai.
Membuat hati bergelora.
Merumuskan cinta yang terbengkalai.

Semoga ini bukan mimpi.
Dan kuharap ini adalah nyata.
Karena aku takut akan sepi.
Yang datang berkudeta.

 
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 03 Maret 2014.

BERPERANG BIMBANG (SA-SAKA DISTIKON)

Bergumal akal tebal.
Dengan amal kumal.

Mengalah di celah-celah lelah.
Untuk memilah-milah salah.

Berperang dengan bimbang.
Nyawa melayang diterjang parang.

Bandar Lampung, 02 Maret 2014.

SINDIRAN ENDEMIK MAJAS

Kisah itu hanya tinggal seutas
Tergambar jelas dalam lembaran kertas.

Suka duka yang kembali mencuat ganas.
Melalui sindiran endemik majas.

Selamanya takkan pernah lepas
Memori hati yang cukup membekas.

Dengan meninggikan elektabilitas
Kutuangkan imajinasi tanpa batas.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 28 Februari 2014.