Kalender asmaraku tersisih habis
Sehingga memori cintaku
Dipenuhi semak-semak kebimbangan.
Tatapan mata hatiku menyulut tajam
Melihat setetes kebencian
Yang mulai membendung benteng hatimu
Sehingga tiupan rinduku sirna
Diterpa salju pilu
Yang hampa tanpa balasan.
Jiwa-jiwa yang kecewa
Penuh noda asmara
Terlindas lintasan hati yang terluka
Nahkoda cinta yang terseret gelombang fana
Menanti ombak yang membelah hati
Justru terseret gelombang putus asa.
Sekarang, sang santri cinta berhenti berdo'a
Meski cinta tak kunjung tiba
Yang ada hanya benci, pilu, dan duka.
Semoga armada cinta di gurun asmara
Akan berlabuh di cairan mata hatinya
Sehingga bara cinta akan menyala
Ketika setitik rindu hinggap di hatinya.
Dan pahitnya cinta sepahit empedu
Akan menjadi sebuah kenangan
Sepanjang jalan hidupnya.
Bandar Lampung, 10 April 2008.
(Puisi ini pernah dimuat di Rubrik SMS Bianglala Radar Lampung edisi 7 Desember 2008).
Sehingga memori cintaku
Dipenuhi semak-semak kebimbangan.
Tatapan mata hatiku menyulut tajam
Melihat setetes kebencian
Yang mulai membendung benteng hatimu
Sehingga tiupan rinduku sirna
Diterpa salju pilu
Yang hampa tanpa balasan.
Jiwa-jiwa yang kecewa
Penuh noda asmara
Terlindas lintasan hati yang terluka
Nahkoda cinta yang terseret gelombang fana
Menanti ombak yang membelah hati
Justru terseret gelombang putus asa.
Sekarang, sang santri cinta berhenti berdo'a
Meski cinta tak kunjung tiba
Yang ada hanya benci, pilu, dan duka.
Semoga armada cinta di gurun asmara
Akan berlabuh di cairan mata hatinya
Sehingga bara cinta akan menyala
Ketika setitik rindu hinggap di hatinya.
Dan pahitnya cinta sepahit empedu
Akan menjadi sebuah kenangan
Sepanjang jalan hidupnya.
Bandar Lampung, 10 April 2008.
(Puisi ini pernah dimuat di Rubrik SMS Bianglala Radar Lampung edisi 7 Desember 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar